Sudah hampir satu tahun saya bekerja di Mapan (PT Ruma) yang merupakan perusahaan bermisi sosial yang fokus pada layanan teknologi keuangan berbasis komunitas. Saya bergabung pada bulan April 2017, banyak cerita seru yang saya dapatkan di tempat ini. Awal saya mengenal Mapan dari situs pencari kerja, ketika itu yang menarik bagi saya untuk ambil keputusan mengirim aplikasi karena ini merupakan startup yang penempatannya di Yogyakarta, tidak terlalu jauh dari rumah, dan tujuan perusahaan yang memberdayakan masyarakat menengah kebawah dengan sentukan tekhnologi. Peran Mapan sendiri memberikan akses layanan bagi masyarakat untuk membeli barang dengan harga yang terjangkau dengan cara arisan (gotong royong), tanpa bunga. Setiap anggota boleh memilih barang yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya, cicilannya sendiri menyesuaikan dengan harga barang yang diambil oleh masing-masing anggota jadi tidak ada yang dirugikan, dan barang yang ditawarkan juga cukup lengkap mulai dari furnitur, fashion, kosmetik, elektronik, dan peralatan masak. Namun pengalaman di bulan pertama bekerja di Mapan tidak seasik dengan apa yang saya bayangkan, selain saya harus beradaptasi karena ini merupakan pengalaman pertama saya bekerja secara fulltime. Mapan sendiri baru bertumbuh dan menghadapi banyak tantangan, seperti edukasi masyakat mengenai perencanaan keuangan dan isu logistik. Mapan mengedukasi masyarakat menggunakan media sosial seperti Facebook dan Whatsapp karena masyarakat Indonesia sudah dekat dengan aplikasi tersebut, namun masih banyak kalangan masyarakat yang belum paham menganai sistem arisan, bahkan masih banyak yang meragukan layanan ini karena maraknya berita negatif di media mengenai perusahaan investasi dan perencanaan keuangan. Ada cerita menarik dari pengguna aplikasi (ketua arisan) yang terbantu dengan layanan ini, ada pengguna aplikasi dari Jakarta berinisiatif mengadakan kopdar mandiri sesama pengguna aplikasi di kantor pusat mapan dan bertukar informasi mengenai arisan mapan ini, akhirnya terbentuklah Gugus Mapan, grup ini menjadi tempat yang efektif untuk mengedukasi masyakatat karena aktif secara online dan offline. Sistem logistik arisan mapan cukup unik, karena Mapan tidak bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pengiriman barang, arisan Mapan punya devisi logistik sendiri dan sudah mengcover wilayah se-Jawa dan Bali. Ketika kocokan arisan, tim antar mapan akan datang mengantarkan barang sesuai kocokan arisan dan meminta jumlah setoran tersebut (COD) dengan estimasi 3-7 hari setelah kocokan arisan. Awalnya tidak ada kendala, namun dengan bertambahnya pengguna apikasi baru (ketua arisan) sehingga beban pengiriman yang tidak terdistribusi merata tiap harinya, ketepatan pengiriman yang kurang maksimal, dan kesulitan pengiriman menyesuaikan dengan naik turun permintaan. Hal ini mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna aplikasi. Tapi Mapan merespon dengan cepat dengan membuat sistem Satu Kecamatan Satu Delivery (SKSD), hari pengiriman pada wilayah kecamatan sudah ditentukan oleh sistem sehingga membuat beban pengiriman harian dalam satu minggu terdistribusi secara merata. Yah walaupun sistem ini baru berjalan dengan baik pada Juli 2017, ini menjadi titik awal Mapan untuk berdampak terhadap masyarakat. Benar saja pada bulan Oktober 2017 Mapan berhasil merangkul satu juta keluarga Indonesia untuk mengatur keuangan dan di bulan tersebut menjadi gerakan bulan arisan nasional, arisan Mapan semakin besar dan misi selanjutnya adalah merangkul 50 juta keluarga Indonesia untuk mendapatkan akses layanan ini. Di akhir tahun 2017 saya sebagai bagian dari tim cukup kaget saat Gojek Indonesia mengumumkan akuisisi Mapan. Selain Mapan, Gojek juga mengakuisisi Kartuku dan Midtrans, perusahaan yang selalu mengkampayekan gerakan non tunai untuk masyakat Indonesia. Rupanya di tahun 2018 Gojek Indonesia ingin melebarkan layanan Go-pay keluar dari ekosistem Gojek, Mapan bertugas meningkatkan inklusi finansial bagi masyarakat unbanked, Kartuku akan memperluas jangkauan Go-pay untuk pembayaran offline, dan Midtrans untuk pembayaran online. Menurut hasil survei Katadata, saat in layanan uang elektronik masih didominasi oleh Telkomsel dengan produk Tcash. Aplikasi e-money keluaran penyedia jasa layanan telekomunikasi terbesar di Indonesia ini telah memiliki pengguna sebanyak 15 juta dan merupakan yang terbesar dari penerbit e-money berbasis aplikasi lainnya, sedangkan Go-pay ada di urutan nomor 2 dengan pengguna sebanyak 6 juta. Dengan akuisisi ini terlihat jelas bahwa Gojek Indonesia melalui Go-pay ingin menjadi yang terdepan dalam gerakan non tunai di Indonesia. Sedangkan e-money yang beredar di masyarakat saat ini tidak ada yang dominan karena banyaknya penyedia uang elektronik yang beragam dan memiliki pengguna yang cukup merata, tapi saat ini Mandiri E-money menjadi yang paling populer di kalangan masyarakat dan disusul BCA Flazz. Awal tahun 2018 ada kabar yang cukup menyita perhatian bagi pelaku digital yaitu saat Google mengkonfirmasi telah mengucurkan dana langsung pada Gojek Indonesia, pendanaan itu karena didasari oleh keinginan bersama meningkatkan pengalaman dan bertukar pengetahuan. Dana yang di invistasikan tidak disebutkan, tapi kabarnya mencapai Rp 16 triliun. Menurut pengamat startup Indonesia @amasna ini menjadi kabar baik untuk kedua pihak karena Gojek Indonesia telah mendapatkan “pengakuan” dari dunia dan google akan meningkatkan nama baik di mata masyarakat Indonesia, kita tahu bahwa raksasa internet itu baru saja mendapatkan kecaman karena kasus pajak di Indonesia. Pendaan Gojek tidak cukup sampai disitu, bulan Februari 2018 Gojek Indonesia mendapatkan kucuran dana dari Astra dan Djarum, menurut kabar yang beredar investasi dari Astra mencapai Rp 2 triliun dan Rp 3 triliun dar Djarum. Astra memiliki core bisnis di bidang otomotif, sedangkan Go-jek memiliki mitra pengemudi, bentuk kolaborasi masih dalam pengodokan tetapi bisnis pembiayaan kendaraan rasanya menjadi paling pas untuk kedua perusahaan ini. Kabar kucuran dana dari Djarum juga tidak kalah menarik, kita tahu bahwa Djarum saat ini memiliki bank sendiri yaitu BCA, dan BCA punya layanan uang elektronik dalam Sakuku dan BCA Flazz, tentu kolaborasi ini menjadi peluang bagi Gojek Indonesia dan Djarum untuk mendominasi layanan uang elektronik di Indonesia. Menurut Senior Research Manager Financial Insight IDC, Handojo H. Triyanto melalui CNN Indonesia daripada mereka tertinggal dan head to head, lebih baik mereka invest di Gojek. Kalau Gojek menang, Grup Djarum untung. Kalau Sakuku menang, mereka juga untung. Gebrakan Gojek Indonesia tidak hanya sampai di situ, Senin 5 Maret 2017 bank BRI resmi mengandeng Go-pay, kerja sama ini merupakan serangkaian inisiatif antara Bank BRI yang merupakan salah satu bank terbesar di tanah air dengan Go-pay sebagai salah satu penyedia jasa uang elektronik terbesar. Kita tahu bahwa bank BRI saat ini merupakan bank yang menjangkau hingga wilayah pedesaan dan Go-pay memiliki ekosistem yang baik, kolaborasi tentunya akan menciptakan akses layanan keuangan yang lebih baik di masa depan. Cerita keren akan masih terus berlanjut, apakah Go-jek akan menjadi perusahaan yang masuk 10 perusahaan terbesar Indonesia yang dilihat dari aspek net profit pada tahun ini? Mengingat sudah banyak mengandeng perusahaan top di negeri ini. Yah semoga saja gebrakan Gojek melalui ekosistem Go-pay ini membawa dampak keren bagi masyarakat Indonesia. Saya senang menjadi bagian kecil dari ekosistem ini :)
2 Comments
Rio Hartanto
3/9/2018 05:13:36 pm
Keren wahyu,,
Reply
rinda
10/15/2018 11:43:58 am
boleh dijelaskan keseharian pekerjaannya seperti apa
Reply
Leave a Reply. |